Benarkah Melayu Itu Pemalas?
Postingan kali ini akan membahas tentang stereotipe yang
mengatakan bahwa “Orang Melayu itu pemalas”. Sebenarnya sudah banyak orang
Melayu yang sudah menyanggah tuduhan tak jelas ini. Buktinya saja penulis novel
terkenal “Andrea Hirata”, beliau juga telah membela orang Melayu dalam
karya-karyanya. Kalau orang Melayu itu pemalas, takkan ada Andrea Hirata.
Tulisan
ini dibuat karena perasaan panas dingin yang saya rasakan ketika membaca
tulisan dari akun facebook yang bernama “info dunia pengetahuan”.
Saya dibesarkan di Kepulauan Riau, disini hidup mayoritas
masyarakat Melayu. Kita akan dengan mudah menemukan orang Melayu di Kepulauan
Riau. Di Kepulauan Riau juga banyak terdapat suku bangsa lain. Ada sebagian
yang bekerja untuk orang Melayu & ada juga yang malah memperkerjakan orang
Melayu. Semuanya relatif.
Sebagai seorang Melayu, saya sangat
kecewa mendengar orang dari suku lain mendeskripsikan Melayu dengan kata “pemalas”.
Di Kepulauan Riau ini, kalau Melayu pemalas masyarakat di Tanjungpinang dan
Batam tak akan pernah makan ikan laut. Maksud saya di Kepulauan Riau ini
kebanyakan orang Melayu bekerja sebagai nelayan. Kalau Melayu pemalas untuk apa
orang Melayu bersusah payah dilambung ombak di tengah lautan untuk mencari
ikan. Mencari rezeki. Memberi makan anak istri.
Kalau Melayu pemalas, takkan ada
Gurindam
Kalau Melayu pemalas, takkan ada Tari
Serampang Dua Belas
Kalau Melayu pemalas, takkan ada
Kerajaan Sriwijaya
Kalau Melayu pemalas, takkan ada
Malaysia
Kalau Melayu pemalas, takkan ada
Mesjid Raya Sultan Riau
Kalau Melayu pemalas, Indonesia mau
pakai bahasa apa sebagai bahasa nasionalnya?
Istilah Melayu pemalas ini adalah
pandangan yang dimunculkan dan dibesar-besarkan oleh para penjajah (Inggris dan
Belanda). Masyarakat Melayu sangat patuh pada Sultannya. Itu yang membuat
masyarakat Melayu tidak mau bekerja dengan Inggris atau Belanda. Inilah yang
membuat Inggris dan Belanda geram. Sehingga dibawalah orang-orang dari Cina dan
Jawa untuk bekerja di tanah Melayu, terutama Johor(Malaysia), Singapura dan
Singkep (Indonesia). Disaat orang-orang Cina dan Jawa bertanya-tanya kenapa
para penjajah menawarkan pekerjaan di tanah Melayu kepada orang Jawa dan Cina.
"kenapa Belanda tidak menyuruh orang Melayu saja yang bekerja padanya(Belanda/Inggris)". Belanda
pun menjawab, “orang Melayu itu pemalas, makanya cari orang selain Melayu untuk
bekerjasama”. Padahal kenyataannya orang Melayu itu memang tidak mau
berkorporasi dengan penjajah. Seandainya perintah bekerja langsung dititahkan
oleh Sultan tentulah, masyarakat Melayu akan mematuhinya. Namun, jika perintah
kerja itu turun dari Belanda-Inggris maka masyarakat Melayu tidak akan mau
mengkhianati tanah airnya. Walaupun tetap ada sekumpulan pengkhianat yang
bekerja untuk penjajah namun jumlahnya tidak signifikan.
Perlahan-lahan stereotipe Melayu
pemalas ini terus ditanam oleh para penjajah di alam bawah sadar suku lain,
terutama Cina dan Jawa. Fikiran seperti ini (Melayu pemalas) adalah fikiran ala
kolonial yang seharusnya sudah terhapus dialam kemerdekaan seperti sekarang.
Saya beri contoh di Pulau Singkep
(kabupaten Lingga, Kepulauan Riau). Belanda bekerja sama dengan kuli dari Cina untuk
membuka lumbung timah di Pulau tersebut. Boleh dibilang sebagian besar
masyarakat Melayu berusaha menghindar dari bekerjasama dengan Belanda. Orang-orang
Melayu pun lebih memilih menanam Durian, Rambutan atau Nangka dikebun-kebun
mereka sendiri walaupun pada saat itu mereka belum dapat menghasilkan uang dari
pekerjaannya. Padahal jika mereka bekerja untuk Belanda sebagai kuli timah,
mereka bisa mendapatkan gaji yang besar.
Masyarakat Melayu Singkep baru mulai
berbondong-bondong bekerja menjadi kuli timah ketika Belanda sudah keluar dari
Kepulauan Riau dan PT Timah sepenuhnya dikelola Indonesia. Sedangkan masyarakat
Melayu lainnya lebih memilih tetap menggali timah secara diam-diam
(ilegal)/kebiasaan dari zaman Belanda, dan dijual ke Singapura. Daripada bekerja
untuk Belanda ataupun PT Timah. Nah, kalau Melayu pemalas, tak mungkin orang Melayu mau menanam Durian yang
kini banyak terdapat di Pulau Singkep dan dinikmati anak cucu dihari ini. Kalau
Melayu pemalas takkan mau Melayu bekerja timah secara ilegal.
Kalau Melayu pemalas tentulah
orang-orang Melayu ramai yang menjadi pengemis. Tapi coba cari diseluruh tanah
Melayu atau di seluruh Nusantara ini. Apakah orang Melayu ada yang
meminta-minta ditepi jalan raya? Jawabannya tidak ada. Orang Melayu lebih
memilih berkayuh sampan ketengah laut untuk mencari ikan daripada jadi
pengemis. Orang Melayu lebih suka membawa senapang ke tengah hutan mencari
pelanduk daripada mengemis. Apakah itu pemalas?
Ayolah kawan, kita sudah merdeka. Tolong
jangan ada lagi fikiran-fikiran yang seperti itu.
BACA JUGA : SEJARAH UMUM NUSANTARA
BACA JUGA : SEJARAH UMUM NUSANTARA
saye setuju.kite sebagai generasi penerus melayu sangat jelas menolak steorotip yang mengatakan bahwa orang melayu itu pemalas. hanye saje yang perlu kita garis bawahi bersama, bahwa kite sebagai orang melayu perlu terus belajar akan ilmu pengetahuan. walaupun tidak ada uang untuk sekolah tetapi kite harus terus belajar karena itu merupakan salah satu cara yang akan membuat kite menjadi lebih baik lagi dan lebih mampu memaknai hidup ini.salam dari Yogyakarta, kami disini budak-budak melayu terus belajar yang mana nantinya akan memberikan sumbagsih yang besar terhadap tanah melayu tercinta. hidup melayu !
ReplyDeleteMaaf,saya dulu lama tinggal di daerah kijang bintan,dan kenyataannya banyak perhotelan,resort tidak mau mempekerjakan orang kijang karena "katanya "pemalas,sampai ada guyonan ,laki2 kijang itu pagi hari nongkrong di warung kopi A,siang di warung kopi B,sore di warung kopi B.coba lihat aja,lahan2 masyarakat asli kijang,di jual ke orang asing,saya saja waktu itu mau cari pengasuh anak,kata teman saya yg dari Makasar,"jangan cari warga asli sini,tidak bisa kerja,pemalas..ya mungkin tidak semuanya pemalas,tapi sebagian besar tak bisa kerja alias pemalas...
ReplyDeletesaya orang malayu pak, apa urusannya sama kalian semua, emangnya saya makan dari hasil pelu kalian. dasar TUKANG FITNAH
ReplyDeleteELU SEMUA keluar dari P E P E K juga, makan nasi, kemudian lu fitnah kami orang melayu, emang gua makan dari minta minta sama elu, DASAR hidup lu memfitnah aja. tunggu aja balasan dari ALLAH atas niat busuk lu, allah bilang manusia sama, lu bilang suku melayu pemalas, Allah bilang yang paling mulia hanya yang paling taqwa lu bilang lu suku paling terpuji, DASAR busuk hati lu. semoga allah memberikan balasan kepada kalian berhati b u s u k. enyahlah kalian dari KAMPONG MELAYU. PRET LU SEMUA
ReplyDeleteKalau lu ngak mau mengerjakan orang melayu terserah lu. karena lu yang berkuasa, lu yang punya usaha. jangan bilang melayu pemalas, tukang fitnah, BUSUK KALI hati kalian. sungguh b u s u k.
ReplyDeletegini aja pak, bagusnya di KTP orang melayu langsung disematkan SUKU-MELAYU PEMALAS. saya setuju itu kalau dibuat aja di KTP orang melayu. dan buat di KTP kalian misal JAWA-RAJIN, BATAK-RAJIN dan SEMPURNYA, ATAU CINA-RAJIN dan PANDAI, buat aja pak, usulkan di pemerintahan pak
ReplyDeletesekalian BUNUH aja pak, orang melayu semua, racun semua orang melayu pak, mereka nyusahkan suku lain aja. tembak orang melayu pak, biarkan suku suku bapak aja yang UNGGUL untuk hidup di muka bumi ini pak. silakan laksanakan pak, saya sarankan berukumpul semua suku di indonesia ini bunuh semua suku melayu pak. kalian adalah suku terbaik di sisi ALLAH
ReplyDeleteEmang nya kamu suku apa, apa pekerjaan mu sehingga kau ingin memusnahkan suku Melayu di muka bumi ini
DeleteMelayu itu penyaba... dikate malas pemalas pon saba je....
ReplyDeleteSiapa bilang jika Melayu itu pemalas? Jika Melayu pemalas tentunya tidak akan ada kerajaan besar di Semenanjung Melayu. Jika Melayu malas tentunya tidak ada kesenian zapin yang sangat indah. Jika Melayu malas tentunya tidak akan terbentuk negara Melayu seperti Malaysia dan Brunai. Jika Melayu malas mungkin sekarang orang Melayu sudah tidak ada.
ReplyDeleteMelayu itu punya harga diri yang tinggi dan takkan hilang ditelan zaman.
Ah, percuma dibelah... secara garis besar emg gx semua 100%, kita liat dri segi temen krja aja...
ReplyDeleteAda yg pangkatnya manager "felix nugrahanto", tp krjanya nge youtube, dan melihat2.... semua laporan di krjakan oleh spv cina...
Ada yg jabatannya principal "aditya alfahidz", krjanya ngomel, tapi disuruh kelapangan beralasan trus, dtg jam 9 hbs omel jam 11 balek... itu kah rajin?
Bukan hanya di riau byk melayu, 3 4 thn lalu saya kerja di madina natal, sana juga byk melayu, sekali2 melancong kesana, liat keseharian laki2 disana, pagi sampe sore kerjaannya nongkrong di warung kopi, ngobrol, main burung. Sepertinya mmg sudah tradisi mereka disana. Mungkin memang gak semua pemalas, tapi ya banyak
ReplyDelete