Sejarah Singkat Kepulauan Riau

Kepri (sumber gambar : www.indonesia.travel)



Sejarah Singkat Kepulauan Riau


Kali ini saya akan mencoba menuliskan sejarah Kepulauan Riau. Sembari mendengarkan lantunan lagu Gurindam Jiwa versi gitar yang dimainkan oleh Ajek Hassan saya pun terbang melewati lorong-lorong waktu menelusuri jejak para leluhur.

Sejarah Kepulauan Riau sangat erat kaitannya dengan sejarah Kerajaan Melayu. Kalau diurutkan Satu Persatu akan ditemukan urutan jauh hingga ke Era Kerajaan-kerajaan berikut :

-          Sriwijaya,
-          Kemaharajaan Melaka,
-          Kerajaan Johor,
-          Kerajaan Johor-Riau-Pahang, 
-          Kerajaan Johor-Riau
-          Kerajaan Riau
-          Kerajaan Riau-Lingga
-       Bergabung dengan Indonesia
-       Membentuk Provinsi Riau
-          Hingga kini Menjadi Provinsi Kepulauan Riau

Kepulauan Riau terdiri dari ratusan gugusan pulau yang tersebar diantara Semenanjung, Kalimantan, Sumatera dan Bangka-Belitung. Kepulauan Riau ada ditengah Tengah Jalur lalu lintas kebudayaan Melayu dari empat sisi. Tidak heran hingga sekarang terdapat kesamaan budaya dan bahasa dengan beberapa daerah di sekitar Selat Malaka Hingga Selat Kalimata.
Berikut saya akan menuliskan sejarah Kepulauan Riau serba sedikit :



Peran Kepulauan Riau pada Era Sriwijaya

Kita mulai dari Peran Kepulauan Riau pada era Sriwijaya, lebih tepatnya peran Kepulauan Riau selepas Sriwijaya mulai melemah. Konon pada saat Sang Nila Utama (lebih dikenal Prameswara) mencari tempat perlindungan bagi meneruskan kerajaan Melayu beliau Singgah di Pulau Bintan dan Membangun Kerajaan Bentan pada masa itu. Kedatangan beliau ke Pulau Bintan mungkin saja pada sekitar tahun 1290M. Saya tuliskan “mungkin” disana karena selalu ada penulisan tahun yang berbeda dari beberapa sumber sejarah yang berbeda.

Yang terpenting, sebelum Sang Nila Utama berpindah pula ke Singapura. Beliau memang tercatat pernah menstabilkan kerajaan Bintan terlebih dahulu. Kemudian selepas Tekanan dari pihak Siam dan Majapahit yang terus menerus mengganggu kekuasaannya beliau pun berundur ke Melaka.

Peran Kepulauan Riau pada Era Melaka

Sampai disini saya klik lagi kumpulan lagu melayu, lagu Gurindam tadi saya gantikan dengan Instrumental Jogged Serampang Laut. 

Baiklah kita lanjutkan kembali. Pada saat Sang Nila Utama berpindah ke Melaka inilah akhirnya kerajaan Melayu yang sempat berpindah-pindah itu mulai memasuki kembali masa kejayaannya. Kerajaan-Kerajaan yang berada di persekitaran Selat Melaka dan Selat Kalimata perlahan-lahan mulai dapat menstabilkan kembali kerajaannya dibawah payung Kemaharajaan Melaka.

Kekuasaan Kerajaan Melaka ini meluas dari Selatan Thailand hingga Ke pulau Bangka-Belitung, dari Deli Serdang Hingga ke Amanillah (kini Manila, ibukota Filipina).

Titik balik sejarah Kemaharajaan Melayu dari lemah hingga menjadi kuat ini terjadi saat Siam melakukan gempuran terhadap kerajaan Melaka dengan maksud untuk menghancurkan Melaka. Bukannya berhasil menaklukan Melaka malah Pangeran Siam berhasil ditawan oleh Kesatria Melayu. Demi menyelamatkan Pangerannya, Siam mengakui kedaulatan Melaka dan tak akan mengganggu negeri-negeri Melayu yang berada dibawah kekuasaan Melaka.

Pada masa kejayaan ini tentulah Melaka memiliki kesatria-kesatria yang tangguh yang bisa menjadi tokoh terdepan melindungi Raja dan Negeri. Saya yakin pada saat inilah hidup Laksmana Hang Tuah. Penetapan tahun dan tokoh dalam era 1400M-1500M tentang siapa itu Prameswara kita bahas dalam tulisan selanjutnya saja. Yang jelas era tahun 1400M hingga 1500M inilah era kejayaan Kerajaan Melaka.

Pada masa kejayaan Melaka, tentunya kerajaan Bintan secara otomatis berada dalam wilayah kekuasaan Melaka. Kalau diibaratkan sekarang sebagai Provinsi lah.

Hingga tibalah suatu masa awan gelap menyelubungi kota Melaka saat Portugis datang menggempur. Melaka akhirnya takluk setelah gempuran ketiga Portugis. Sultan dan para pembesar kerajaan berundur ke Johor lalu kemudian bermukim di Bintan. Nah sampai disini, Kepulauan Riau kembali berperan sebagai tempat perlindungan bagi kelangsungan kejayaan Melayu untuk yang kedua kalinya.

Sultan dan para pembesar kerajaan akhirnya berundur lagi ke Kampar karena Portugis terus melakukan pengejaran.

Seiring perjalanan waktu akhirnya Portugis tak dapat benar-benar menghancurkan Kerajaan Melayu. Portugis terpaksa bertahan di dalam Kota Melaka karena mendapat gempuran dari kerajaan Demak, Samudera Pasai dan juga kesatria-kesatria Melayu yang masih bertahan dibeberapa titik (kubu) pertahanan disepanjang selat Melaka.

Kerajaan Johor

Meneruskan legitimasi dari kerajaan Melaka yang sudah diduduki oleh Portugis akhirnya penerus tahta kerajaan mendirikan Kerajaan di Johor. Hal ini tentu saja tak disenangi Portugis karena kedekatan Jarak antara Johor dan Melaka, tetapi pertempuran antara kedua belah pihak tidak menghasilkan pemenang. Kedua-dua kerajaan silih berganti meraih kemenangan ataupun menderita kekalahan.

Kerajaan Johor-Riau-Pahang

Pada masa kerajaan Johor mulai agak stabil terjadi pula permasalahan intern kerajaan dan terjadi pula perang segitiga antara Portugis, Aceh dan Johor. Hasil dari perang ini akhirnya membawa ke peristiwa ketiga terkait peran Kepulauan Riau. Akhirnya Kerajaan Johor berpindah ke Hulu Riau (Sungai Carang, Bintan). Karena perang terus berkecamuk akhirnya Para pembesar Kerajaan berundur pula ke Daik (Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau) sebagian yang lain ada pula yang pindah ke Pahang. Setelah dirasa cukup aman akhirnya Kerajaan dipusatkan kembali ke Ke Riau tepatnya di Pulau Penyengat (sekarang secara administratif termasuk wilayah KoTa Tanjungpinang).

Pada saat itulah kalau dihitung-hitung Kepulauan Riau sudah tiga kali berperan sebagai tempat kelangsungan Kerajaan Melayu. Peran Kepulauan Riau saat itupun tidak hanya di Pulau Bintan tetapi juga tersebut nama Daik dan Pulau Penyengat sebagai ibukota Kerajaan Johor.

Hingga akhirnya kerajaan ini pada akhirnya lebih dikenal dengan nama Kerajaan Johor-Riau-Pahang. Perpindahan beberapa kerabat (saudara) kerajaan ke Johor-Riau-Pahang inilah yang menyebabkan terjalinnya kuasa bersama.

Kerajaan Johor-Riau

Perlahan-lahan penerus kuasa di Pahang mulai stabil. Sedangkan di Johor-Riau terjadi berbagai macam permasalahan intern Kerajaan. Petinggi Kerajaan Melayu yang masih berkuasa di Johor-Riau berusaha melanjutkan usaha mempertahankan Kerajaan dari tekanan Belanda (Portugis menyerahkan Melaka kepada Belanda, setelah kalah berperang dan bersaing).

Pada masa Kerajaan Johor-Riau ini banyak terjadi tragedi bersejarah diantaranya. Tragedy Sultan Mahmud Mangkat dijulang, perang dengan Siak dan Perang Riau (pertempuran dengan Belanda). Segala macam pertempuran itu berlangsung di kawasan Johor dan juga Riau.

Singkat cerita akhirnya Kerajaan Melayu melakukan Perjanjian (Kesepakatan) dengan bangsawan Bugis. Dengan bantuan pihak Bugis inilah Kerajaan Johor-Riau dapat memenangi Perang Siak dan juga Perang Riau.

Setelah berhasil memenangkan perang dengan Belanda, pada Perang Riau. Akhirnya para kesatria Melayu dan Bugis melanjutkan pertempuran hingga ke Melaka. Laskar-laskar Melayu dari berbagai kawasan Melayu (Inderagiri, Kampar, Mempawah dll) bersatu padu dengan tentara-tentara Bugis menyerang Melaka yang saat itu masih diduduki Belanda. Hanya sayang perang itu berakhir setelah Raja Haji Fisabillah terkena peluru meriam (ada pula yang mengatakan pecahan peluru).

Dengan kekalahan itu, kerajaan Johor-Riau terpaksa melakukan perjanjian dengan Belanda.

Kerajaan Riau

Belum hilang lagi luka kekalahan di Teluk Ketapang, hadirlah pula Inggris yang mulai ikut campur urusan kekuasaan Kerajaan Johor-Riau. Pada masa yang sama Belanda merasa tersaingi oleh kedatangan Inggris. Di sisi lain pula para peniaga (pedagang) di Johor dan Riau lebih suka berbisinis (berdagang dengan Inggris daripada dengan Belanda).

Nun jauh di tanah Eropa sana terjadi perubahan politik. Perancis yang pada awalnya sempat menguasai Belanda akhirnya harus kalah pada perang di Waterloo dari Inggris. Pengaruh perang ini akhirnya terbawa hingga ke bumi Nusantara termasuklah Johor-Riau.

Perebutan pengaruh di selat Melaka saat itu sangat kompleks, disatu sisi Belanda enggan menyerahkan daerah kekuasaannya kepada Inggris. Disisi lain terjadi persaingan perebutan tahta antara Abang dan Adik (pewaris tahta) di kerajaan Johor-Riau. Alhasil terjadi peristiwa besar dalam sejarah Kerajaan Melayu.

Sebenarnya sangat rumit untuk dipendekan kisah ini. Singkatnya persaingan antara Abang dan Adik ini membawa kepada pemisahan kerajaan Johor-Riau. Abang berkuasa di tanah Johor sedangkan Adik berkuasa di Daik Lingga (berkuasa atas kesuluruhan Riau).

Setelah terbagi dua, tak berapa lama kemudian Belanda dan Inggris mengadakan perjanjian (Traktat London). Yang intinya berisi pembagian wilayah jajahan antara Belanda dan Inggris. Dampak dari Traktat London ini, akhirnya Belanda mengakui kekuasaan Kerajaan Riau sedangkan Inggris mengakui kekuasaan Kerajaan Johor.

Saya terdiam sejenak mengenang betapa rumitnya keadaan yang terjadi pada saat itu.
baru kali ini saya sadar ternyata merangkum cerita sejarah itu susah

Bagi teman teman yang terus membaca tulisan ini, detail “Peristiwa Sultan Mahmud Mangkat di Julang”, “Kesepakatan Melayu dan Bugis”, “Perselisihan Abang dan Adik (di kerajaan Johor-Riau)” dan “perjanjian Traktat London” akan saya bahas dengan lebih detail dengan sub tema masing masing di artikel berikutnya.

Masjid Sultan Riau (sumber Gambar : www.indonesia.travel)

Kerajaan Riau-Lingga

Karena ibukota Kerajaan berpusat di Lingga dan Pulau Penyengat Penyengat. Kerajaan Riau ini disebut pula dengan nama Kerajaan Riau-Lingga. Akhirnya Pada awal abad 20M kerajaan Riau Lingga ini mendapat gempuran bertubi-tubi (3 kali) dari Belanda karena Sultan tidak mau tunduk kepada Belanda.

Akibat dari serangan tersebut Kerajaan Riau-Lingga akhirnya dihapus oleh Belanda.
(Kisah perang yang terjadi di Daik ini akan saya bahas dalam tulisan selanjutnya)

Bergabung Dengan Indonesia

Pada saat meletusnya perang dunia kedua Jepang masuk menguasi Riau-Lingga melalui Singapura. Setelah terjadi pengeboman Kota Nagasaki dan Hiroshima akhirnya Belanda kembali lagi ke Riau-Lingga. Karena sempat merasakan kosong kekuasaan dan betapa leganya hidup merdeka, akhirnya masyarakat Riau-Lingga bersepakat untuk bergabung dalam barisan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Pada masa ini banyak pejuang Melayu yang gugur saat bertempur dengan Belanda demi marwah bangsa Melayu dan demi tegaknya Bendera Merah Putih di bumi Riau-Lingga. Akhirnya pada Bulan Desember 1949 Riau-Lingga secara resmi masuk kedalam pangkuan Indonesia.

(Cerita Perang masyarakat Kepri merebut kemerdekaan melawan Belanda atas nama Indonesia akan saya bahas di tulisan selanjutnya)

Provinsi Riau

Pada awal penggabungan dengan Indonesia, Riau-Lingga masuk dalam wilayah administratif Sumatera Tengah, kemudian dibagi lagi menjadi Sumatera Timur, lalu kemudian menjadi provinsi sendiri yaitu Provinsi Riau terbentuk.

Pada awal terbentuknya Provinsi Riau, ibukotanya terletak di Tanjungpinang tetapi akhirnya setelah melalui berbagai macam pertimbangan (terutama populasi dan hasil bumi) akhirnya ibukota Riau dipindahkan ke Pekanbaru.

Sejak itu status Tanjungpinang yang awalnya Ibukota Provinsi turun satu tinggat menjadi Ibukota Kabupaten. Yaitu Kabupaten Kepulauan Riau.

Provinsi Kepri (Kepulauan Riau)


Provinsi Kepulauan Riau terbentuk setelah melalui perjuangan panjang masyarakatnya.  Berdasarkan UU no.25 2002 akhirnya kawasan yang dulunya dikenal sebagai pusat kerajaan Melayu ini berdiri menjadi Provinsi sendiri, kini pusat Kejayaan Melayu itu lebih dikenal dengan ama Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari 2 kota dan 5 kabupaten, diantaranya :

Kota Batam
Kota Tanjungpinang
Kabupaten Lingga
Kabupaten Karimun
Kabupaten Bintan
Kabupaten Natuna
Kabupaten Anambas


Demikianlah rangkuman saya tentang Sejarah Singkat Kepulauan Riau, kini saya sadar 

ternyata merangkumi sejarah yang terjadi sejak ratusan tahun lalu sangat sulit, tak mungkin tulisan yang terdiri dari 1.600 kata ini dapat merangkumi 1001 tragedi sejarah yang terjadi”.

Untuk melihat versi video silakan lihat video berikut :


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sejarah Singkat Kepulauan Riau"

Post a Comment