Hari ini memasuki hari kelima bulan
suci Ramadhan. Seperti halnya umat Muslim diseluruh dunia yang beribadah dengan
tekun di bulan Ramadhan begitu jugalah yang terjadi di Kepulauan Riau. Sempat saya
mendengar dibatasinya waktu operasi tempat-tempat hiburan dan diberlakukannya
razia dibeberapa yang dianggap mencemari kemurnian bulan suci ini.
Namun, dihari kelima ini saya agak
merasa sedih dengan beberapa berita yang saya dapat dari salah satu Koran yang
ada di Kepulauan Riau yaitu Tanjungpinang pos. Koran yang terbit setiap hari
ini memberitakan beberapa kasus yang membuat masyarakat Kepulauan Riau merasa
resah dan juga sedih. Salah satu berita yang dijelaskan di Tanjungpinang Pos
ialah tentang perampokan yang terjadi di KM 8 Tanjungpinang, dimana salah
seorang Security menjadi korban keroyokan oleh sekolompok perampok. Dikatakan salah
satu perampok tersebut dapat ditangkap masyarakat dan sempat dipukul
beramai-ramai hingga datang pihak kepolisian. Hal yang miris yang terjadi di
Ibukota provinsi Kepulauan Riau ini telah mengusik ketentraman bulan suci
ramadhan. Ada kegelisahan dihati masyarakat ibukota diakibatkan oleh kasus ini.
Di Kabupaten Bintan pula, tepatnya di
Kota Kijang terjadi pula kasus pencurian yang mengakibatkan terjadinya
penembakan terhadap pelaku pencurian, pelaku ditembak didada dan kakinya. Dua kasus
di Pulau Bintan ini, telah memberikan gambaran betapa pada bulan nan suci ini
ternyata masih ada jiwa-jiwa keras yang tidak tersentuh akan datangnya bulan
penuh pengampunan.
Hal yang lebih mengejutkan lagi terjadi
didaerah Kabupaten Lingga yang bergelar Bunda Tanah Melayu. Kasus ini terhitung
sangat mengejutkan dan membawa ke permasalahan yang sangat serius. Betapa tidak,
kasus yang awalnya bermula dari razia ataupun pembubaran yang dilakukan Polisi
terhadap anak muda yang sedang bersantai disalah satu tempat dikawasan Dabo
Singkep. Para pemuda itu disuruh pulang oleh para Aparat karena dianggap
mengganggu ketenangan lingkungan sekitar adapun terjadinya kejadian tersebut
berkisar diantara jam 23.00, hal ini ternyata tidak diterima oleh anak muda
yang sedang santai berkumpul bersama teman-teman. Agaknya mereka berdalih tidak
mengganggu ketenteraman dan hanya ngumpul-ngumpul biasa tanpa melakukan
aktivitas anarkis. Tidak terima dipaksa pulang ini mengakibatkan salah satu
pemuda itu mengadu ayahnya yang ternyata pejabat di Lingkungan Kabupaten
Lingga. Terjadilah aksi penamparan oleh Pejabat tersebut kepada salah seorang
Polisi. Kemudian Polisi itupun melaporkan perkara penamparan ke Kantornya,
disana pun ada anggota Satpol PP yang menjadi saksi kasus tersebut. Malangnya setelah
melaporkan kesaksian terhadap kasus yang dilihatnya, Satpol PP tadi malah
dikeroyok oleh sekumpulan Polisi yang katanya berjumlah 30 orang. Hal ini jelas
membuat masyarakat Dabo Singkep dirundungi keadaan yang mencekam. Hal yang
serupa tak lebih baik juga terjadi di Tanjungpinang dan juga Kijang yang
menjadi saksi kasus-kasus menyedihkan yang seharusnya tidak terjadi ini.
Sebagai anggota masyarakat yang
mencintai kampung halaman tercinta, saya berharap semoga permasalahan ini tidak
berlanjut lebih parah lagi. Alasannya bukan saja karena kita berada di Bulan
Ramadhan, namun hal-hal yang terjadi beruntun dalam waktu singkat ini memang
tidak sesuai dengan norma dan hati nurani. Bukankah kita umat beragama? Bukankah
kita orang yang beradat? Ataukah memang kita sudah meninggalkan kedua hal
tersebut?
Sekali lagi saya tekankan, saya
berbela sungkawa terhadap para korban dan semoga permasalah ini tidak semakin
parah. Tunjukkanlah belas kasihan kita di Bulan Ramadhan nan mulia ini. Majulah
kampungku, Majulah Kepulauan Riau!
0 Response to "Permasalah Beruntun Yang Terjadi di Bulan Ramadhan"
Post a Comment