5 Tragedi Penting Dalam Sejarah Kerajaan Melayu



5 Tragedi Penting Dalam Sejarah Kerajaan Melayu

1.      Singapura Dilanggar Todak

Kisah Singapura dilanggar Todak (Ikan Todak) diceritakan secara turun temurun oleh masyarakat Melayu. Adapun kisahnya berupa, beterbangannya Ikan Todak dari lautan menuju daratan Pulau Singapura yang dihuni penduduk. Alkisah salah seorang anak kecil bernama Hang Nadim, akhirnya maju kehadapan untuk mengutarakan idenya berhubung dengan serangan Ikan Todak tersebut. Ide beliau adalah memberikan pagar pohon pisang di tepian pantai Singapura agar Todak yang beterbangan tersebut tersangkut di pagar pohon pisang sehingga Singapura aman dari serangan mematikan tersebut. Syahdan apabila dilaksanakan rancangan beliau, penduduk Singapura pun kembali hidup tenteram dan Hang Nadim pun dipuja-puja oleh penduduk Melayu.

Sayangnya hal ini ternyata tidak disenangi oleh para penasehat Raja, mereka bersepakat untuk menghasut Raja agar membunuh Hang Nadim dengan alasan kepintaran anak tersebut bisa berbahaya bagi Kerajaan dimasa depan nantinya. Reputasi baik anak tersebut bisa mengalahkan reputasi Raja sendiri. Akhirnya diambillah keputusan yang menyakitkan, Hang Nadim dieksekusi dengan ditenggelamkan kedasar laut.

Konon Hang Nadim sempat berucap sumpah “bahwa setiap keturunan Raja yang melintas diatas lautan tempat beliau dieksekusi akan tenggelam”, sebagian masyarakat Melayu hingga kehari ini masih percaya pada mitos ini.

“Catatan : Hang Nadim yang dimaksud dalam Cerita Singapura dilanggar todak ini merupakan orang yang berbeda dengan Hang Nadim yang hidup pada masa pertempuran dengan Portugis.”


2.      Kisah Hang Tuah dan Hang Jebat

Hang Tuah dan Hang Jebat merupakan dua sahabat yang sama-sama mengabdi kepada Raja. Mereka berdua bersama-sama juga dengan Hang Kesturi dan Hang Lekiu telah memberikan sumbangan yang besar bagi kemajuan Kerajaan Melayu. Nama mereka berdua selalu disebut-sebut dikaitkan dengan kemahiran dalam ilmu Silat. Pada masa hidup mereka berdua, kekuasaan kerajaan Melayu menyebar luas diserantau Asia Tenggara. Sayangnya dipenghujung cerita ini harus terjadi dengan tragedy yang terekam dalam hikayat Melayu.
hang tuah

Seperti umumnya yang terjadi di Kerajaan-kerajaan diseluruh dunia, terkadang seorang Panglima perang memang memiliki reputasi yang lebih tinggi dibanding dengan Sang Raja sendiri. Hal ini menyebabkan para bangsawan dan orang-orang yang dengan Raja merasa khawatir, akan rendahnya wibawa Sang Raja jika dibandingkan dengan kewibawaan Panglima dimata masyarakat. Untuk itu orang-orang yang dekat dengan Raja, mengatur siasat untuk memfitnah Hang Tuah. Sang Laksmana dituduh menggoda salah satu selir Raja.

Hang Tuah pun ditangkap dan diadili, walaupun beliau tidak bersalah tetapi beliau tidak melakukan pemberontakan yang dapat menimbulkan huru-hara didalam Kerajaan. Beliau bersedia diberikan hukuman oleh Raja. Akhirnya ditetapkanlah hukuman mati bagi Panglima nan berjasa tersebut.

Seluruh isi Kerajaan diguncang kehebohan manakala mendengar berita dihukum matinya Panglima kesayangan mereka. Begitu juga dengan sahabat karib beliau, Hang Jebat. Demi menuntut bela atas kematian sahabatnya, Hang Jebat akhirnya mengamuk didalam istana. Kacau balau lah seisi istana dibuatnya.

Para pengawal Istana tak sanggup menahan amarah Hang Jebat, selain kemahiran Silat Hang Jebat, para pengawal pun seakan enggan memberikan perlawanan sengit menghadapi Panglima yang mereka kagumi tersebut.

Raja dan para bangsawan bersembunyi dari kejaran Hang Jebat. Tidak ada satupun pengawal Istana yang sudi berhadapan dengan Hang Jebat. Kehebatan dan kebesaran nama Hang Jebat hanya dapat ditandingi oleh Hang Tuah, membuat Raja berangan-angan seandainya Hang Tuah masih hidup tentulah Hang Tuah akan menolong kerajaannya yang sedang diambang kehancuran. Melihat kegusaran hati Raja, akhirnya salah seorang pembesar Kerajaan yang sebelumnya meminta ampun terlebih dahulu, mengatakan bahwa sebenarnya Hang Tuah tidak dieksekusi mati, beliau hanya diasingkan. Tidak ada yang berani mengeksekusi beliau karena gerun akan nama baik beliau. Mendengar hal tersebut, ternyata Raja malah bersenang hati. Akhirnya dipanggillah Hang Tuah menghadap Raja, untuk diberi titah melawan pemberontak yang sedang mengamuk di istana yang tak lain tak bukan adalah sahabatnya sendiri.

Meskipun mendapat tugas yang sangat berat, namun Hang Tuah tetap melaksanakan titah Sang Raja, sumpah setia untuk mengabdi kepada Raja sudah terlanjur terucap. Pantang Melayu menjilat ludahnya.

Hingga akhirnya bertemulah kedua sahabat ini, Hang Jebat yang sedang mengamuk berhenti amarahnya menjadi sangat senang melihat kedatangan Hang Tuah, ternyata sahabatnya yang tersayang tersebut masih hidup. Sedangkan Hang Tuah yang sudah terlanjur mendapat titah dari Sang Raja tersebut juga tak dapat mengelak dari perintahnya. Dalam suasana yang sangat sulit digambarkan, keduanya akhirnya menghunus Keris. Selama mengabdi kepada Raja, Hang Tuah biasanya menggunakan keris Tamengsari dalam setiap pertempuran, namun pada perkelahian dengan Hang Jebat ini, Hang Tuah memegang Keris dari Raja sedangkan Hang Jebat memegang Keris Tamengsari. Setelah sekian lama bersilat, akhirnya Hang Jebat mengajak Hang Tuah untuk bertukar Keris. Akhirnya Hang Jebat gugur ditangan Hang Tuah setelah terhunus keris Tamengsari yang ternama itu.

Semenjak kejadian tersebut, Hang Tuah tidak diketahui lagi dimana keberadaannya. Beliau seolah menghilang dari muka bumi, menghadapi dilemma dalam batinnya. Antara penyesalan membunuh sahabat sendiri dan kekecewaannya pada Raja yang bertindak zalim. Sumpah setianya pada sang Raja ternyata harus dibayar mahal.

3.      Serangan Portugis Terhadap Melaka

Semenjak kemenangan Bangsa Portugis dan Spanyol merebut sejengkal demi sejengkal tanah Andalusia, bangsa Portugis dan Spanyol saling bersaing untuk merebut setiap titik terpenting diseluruh dunia. Melaka pada masa dulu diibaratkan seperti Valencia di Timur. Kemasyhuran Melaka menimbulkan semangat penaklukkan Ibukota Kerajaan Melayu nan indah tersebut.

Portugis mengatakan mereka menyerang Melaka setelah ketiadaan Laksmana Hang Tuah. Setelah dua kali percobaan penyerangan yang gagal. Portugis melakukan serangan ketiga yang berhasil mencapai masuk hingga ke dalam Kota Melaka. Bersenjatakan Meriam, Senapang, Tombak dan Pedang pasukan Portugis akhirnya berhasil menguasai Kota Melaka. Ditaklukkannya Kota Melaka ini disebabkan pengaruh Sultan yang mulai berkurang dan banyaknya penghianatan di dalam Kota Melaka sendiri. Sultan berundur ke negeri Johor, lalu ke Bintan, di Bintan inilah Sultan terus mengirimkan tentaranya untuk merebut kembali kota Melaka. Disebutkan Laksmana Hang Nadim yang kini diabadikan menjadi bandara di Kota Batam beberapa kali melakukan penyerangan kepada kapal-kapal Portugis yang memasuki perairan antara Singapura dan Batam. Akibat terlalu sering diancam oleh kebangkitan Kerajaan Melayu akhirnya Portugis kembali melakukan serangan besar-besaran ke Bintan yang membuat Sultan terpaksa berundur pula ke Lingga dan melanjutkan perjalanan ke Kampar hingga beliau mangkat disana.

Tragedy direbutnya Kota Melaka oleh Portugis ini membuat Kerajaan Melayu diambang kehancuran. Sehingga akhirnya muncullah kekuasaan baru pesaing Portugis penerus dari Keturunan Sultan Melaka. Yaitu Kerajaan Johor-Riau. Beberapa kali Johor-Riau berperang dengan Portugis di Melaka namun hasilnya tetap sama. Johor-Riau gagal merebut kembali Melaka sedangkan Portugis tidak mampu meluaskan kekuasaanya selain daripada Melaka itu saja.

 kepulauan riau
4.      Sultan Mahmud Mangkat Dijulang

Tragedi Sultan Mahmudmangkat dijulang selalu diceritakan dari generasi ke generasi pada masyarakat Melayu. Tragedi ini terjadi pada masa Kerajaan Johor-Riau. Alkisah tersebutlah seorang Panglima dari Pulau Bintan yang diberi gelar Laksmana Bintan. Sang Laksmana merupakan seorang yang setia kepada Sultan dan telah banyak berjasa kepada Kerajaan Johor-Riau. Lagi-lagi hal ini menimbulkan kecemburuan dikalangan pembesar Istana, mereka takut bahwa nama besar Panglima akan menghapus kewibawaan Sultan. Akhirnya dibuatlah muslihat untuk menimbulkan huru-hara didalam kerajaan. Awalnya Sang Laksmana dikirim keluar Johor untuk memadamkan pemberontakan pada sebuah negeri yang berada dalam kekuasaan Kerajaan. Sepeninggal Sang Laksmana ternyata istri beliau telah difitnah dengan berbagai macam tuduhan, namun Raja masih belum memiliki bukti cukup kuat untuk menghukum istri sang Laksmana. Hingga akhirnya, dibuatlah sebuah fitnah yang tidak terlalu penting. Yaitu istri sang Laksmana dituduh telah memakan hidangan untuk Sang Sultan. Adapun hidangan tersebut ialah “Buah Nangka” kegemaran Sultan. Saat Sultan ingin bersantap, ternyata Buah Nangka tersebut tidak ada didalam hidangan makannya. Para penghasut mengatakan bahwa istri Laksmana Bintan telah memakan buah Nangka tersebut dengan sengaja.

Dipanggillah Istri Laksmana dengan tuduhan yang sama sekali tidak bersandar pada kenyataan tersebut. Dengan geram, Istri Laksmana Bintan mengatakan silakan belah perutnya untuk membuktikan bahwa beliau tidak memakan buah yang dihidangkan untuk Sultan tersebut. Merasa tercabar yang Sultan pun menyuruh para pengawal untuk membelah perut Istri Laksmana Bintan yang malang. Setelah dibunuh, diperiksalah isi perut beliau, ternyata tidak ada sebarang bukti bahwa Istri Laksmana telah memakan buah Nangka tersebut.

Selepas kepulangannya dari medan pertempuran, Laksmana Bintan mengetahui bahwa istrinya telah difitnah dan dibunuh oleh Sultan. Dengan dendam membara beliau datang kehadapan Sultan yang saat itu sedang dijulang menuju Masjid untuk melaksanakan shalat Jum’at. Berpegang pada “Raja Alim Raja Disembah, Raja Zalim Raja Disanggah”. Laksmana Bintan menghunjam Kerisnya kepada Sultan, sedangkan Sultan sendiri juga masih dapat membalas serangan tersebut. Sehingga keduanya wafat dalam balutan nuansa tragedy yang memilukan. Konon katanya, Sultan sempat bersumpah bahwa setiap keturunan Bintan yang datang ketempat terjadinya tragedy tersebut akan muntah darah.

Tragedy ini berpengaruh besar pada Kerajaan Melayu, karena Sultan tidak mempunyai keturunan untuk menjadi penerus jabatan. Akhirnya diangkatlah Bendahara. Hal inilah yang kelak dikemudian hari menimbulkan sengketa besar antara Johor dan Siak yang terekam dalam sejarah. Pada saat datangnya seorang Raja yang mengaku keturunan dari Sultan Mahmud dari salah seorang selirnya. Pertempuran Johor dan Siak ini juga memberi efek pertempuran antara Bugis dan Minangkabau. Manakala Johor dibantu tentara Bugis sedangkan Siak dibantu oleh tentara dari Minangkabau. Akhir dari pertempuran ini berlangsung di Hulu Riau (Pulau Bintan) yang dimenangkan oleh Johor akan tetapi Kerajaan Siak yang awalnya berada dibawah pengaruh Johor akhirnya berhasil menjadi kerajaan yang berdiri sendiri dan merdeka.

Lebih Lengkap : Kisah Sultan Mahmud Mangkat Di Julang

5.      Berpisahnya Johor dan Riau


Saat Sultan mangkat di Daik, putera pertama Sultan tidak berada ditempat. Adapun putera kedua Sultan ada disisi Sultan. Hal ini menimbulkan sengketa didalam Kerajaan, bahwa anak Sultan yang mana yang berhak menjadi penerus tahtanya. Akhirnya dicapai kesepakatan bahwa putera Sultan yang kedua yang diangkat menjadi Sultan kerajaan Johor-Riau karena beliau ada disisi ayahnya saat Sang ayah menghembuskan nafas terakhir. Pada saat putera pertama kembali ke Daik, beliau merasa kecewa karena tahtanya diberikan kepada adik kandungnya sendiri. Hal ini menyebabkan beliau kembali berlayar ke Singapura.

Pada saat yang hampir bersamaan, Belanda dan Inggris sama-sama sedang berusaha menjadi penguasa tunggal Nusantara. Belanda dan Inggris terlibat sengketa berkepanjangan yang merugikan kedua pihak. Hal ini akhirnya membawa kedua negara bersepakat untuk mengakhiri sengketa. Akhirnya dibuatlah perjanjian pembagian daerah kekuasan antara Belanda dan Inggris yang dikenal dengan nama “London Treaty”. Adapun isi perjanjian yang berpengaruh langsung kedalam Kerajaan Melayu ialah tanah yang berada mulai dari Singapura ke Utaranya berada dalam kekuasaan Inggris sedangkan Selatan Singapura adalah milik Belanda. Perjanjian ini secara jelas telah memperkecil ruang gerak Sultan. Karena disaat bersamaan harus berhadapan dengan dua penjajah sekaligus. Inggris yang mengetahui sengketa dalam Kerajaan Melayu langsung melaksanakan “London Treaty” dengan mengesahkan kekuasaan Putera pertama Sultan terhadap Singapura dan Johor. Sedangkan Belanda menyatakan dukungannya terhadap Putera kedua Sultan atas negeri Riau. Seiring waktu akhirnya Johor yang berada dibawah protektorat Inggris dan Riau yang berada dibawah Protektorat Belanda akhirnya terpisah. Negeri Johor-Riau akhirnya terbagi dua, dan menghadapi dua kekuasaan Eropa. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "5 Tragedi Penting Dalam Sejarah Kerajaan Melayu"

Post a Comment