Aroma sejarah terasa di gelaran sea games 2015 Singapura. Maskot Sea Games pada sea games gelaran ke 28 ini ialah Nila, sebuah maskot yang berwujud Singa. Usut punya usut sang maskot yang diberi nama Nila ini diambil dari nama seorang Raja pengasas Singapura yang bernama Sang Nila Utama.
Siapa Sang Nila Utama?
Beliau adalah
seorang Pangeran dari Sriwijaya, tepatnya negeri Palembang. Pada saat Kerajaan
Sriwijaya diambang kehancuran beliau berlayar meninggalkan kampung halamannya
untuk berlabuh di Pulau Bintan (Kepulauan Riau). Pada saat berada disana Sang
Nila Utama yang juga bergelar Sang Sapurba ini melanjutkan perjalanan kearah
utara hingga menemui sebuah pulau yang bernama Temasek.
Pertemuan Sang Nila Utama dengan Singa
Pada saat
berada di Pulau Temasek inilah Sang Nila Utama menorehkan sejarah besar yang
membawa kepada nama Singapura kepada hari ini. Alkisah beliau bertemu dengan
seekor Singa ketika sedang berada di Pulau Temasek.
Sejarah Nama Singapura
Menurut versi
pertama cerita rakyat Melayu, pada saat Sang Nila Utama mendekat Singa
tersebut, Singa yang awalnya terlihat sedang tidur itu ternyata langsung
berlari ketika didekati oleh Sang Nila Utama. Itulah sebabnya yang membuat nama
Temasek lebih dikenal dengan sebutan Singapura, yang berasal dari kata “Singa
berpura-pura”.
Sedangkan
versi kedua cerita asal nama Singapura adalah pada saat Sang Nila Utama bertemu
dengan Singa di pulau Temasek itu, beliau juga melihat adanya keunggulan pada
pulau itu. Katakanlah alam yang indah dan letak yang strategis. Hingga akhirnya
ia berkeputusan untuk mendirikan sebuah Bandar baru di Pulau Temasek. Nama Bandar
ataupun kota baru itu ialah Singapura yang berasal dari nama Singa dan Pura (temple; tempat Suci agama Hindu).
Kontroversi nama Singapura
Entah yang
mana lebih tepatnya dalam pemberian nama Singapura, apakah versi yang pertama
atau versi yang kedua. Namun disebalik itu pula, ada sesuatu hal yang
menggelitik. Bahwa menurut penelitian, tidak mungkin sebuah pulau diselatan
Semenanjung itu hidup Singa. Kalaupun ada hewan sejenis itu, maka itu adalah
Harimau, yang banyak tersebar di Pulau Sumatera ataupun Semenanjung. Lingkungan
Singapura tidak sesuai untuk hidupnya seekor Singa. Ini membuat para ahli
berspekulasi bahwa pada masa dulu itu sebenarnya Sang Nila Utama tidak sedang
melihat Singa melainkan sedang melihat Harimau, Harimau Malaya.
Terlepas dari
kontroversi tidak mungkin ada populasi singa di Singapura. Agaknya Singa yang
ditemui oleh Sang Nila Utama dan para pengikutnya pada masa itu ialah Singa
jelmaan, yang berupa siluman. Karena bagaimanapun tak mungkinlah seorang
pangeran Sriwijaya dan para pengikutnya yang sudah biasa hidup di Sumatera dan
berdagang dengan para pedagang dari berbagai macam negara tidak mengenal mana
yang Singa dan mana yang Harimau. Mereka tentu sudah terbiasa melihat Harimau
Sumatera, bahkan mereka juga tentu sudah terbiasa melihat Singa Persia tak
mungkin lah mereka tidak bisa membedakan mana Singa dan mana Harimau.
betul sekali anda. tak mungkin nila utma dan para pengikutnya tidak tau mana yang dinga mana yang harimau.
ReplyDelete