Analisa Sejarah, Perang Melaka dan Portugis


Analisa Sejarah, Perang Melaka dan Portugis

Beberapa hari yang lalu saya sempat membaca tulisan-tulisan mengenai pertempuran antara Portugis dan Melaka. Pada waktu itu Melaka merupakan ibunegeri (ibukota) bagi kerajaan Melayu di Nusantara ini. Kekalahan Melaka yang terjadi pada tahun 1511 menyebabkan kemaharajaan Melayu yang gemilang tersebut perlahan sirna dan hanya tinggal kenangan tentang bijaksananya para Sultan Melaka, gagahnya para perwira Melaka dan betapa ramainya Bandar Melaka tersebut.

Pada waktu masih mempelajari pelajaran sejarah di sekolah dulu, saya juga sempat heran dengan tulisan sejarah yang menyatakan kehancuran kerajaan Melaka akibat serangan Portugis. Seolah terkesan begitu mudahnya kerajaan Melayu itu hancur dan dikuasai oleh bangsa yang disebut Feringgi bagi sesetengah data Melayu lama.

melaka tahun 1511
Melaka Tahun 1511

Guru sejarah juga bercerita tentang hari direbutnya Kota Melaka tersebut. Ia mengatakan Lembing, Tombak dan Keris takkan mungkin dapat mengalahkan armada Portugis yang menggunakan senapang. Hal ini sempat membersitkan tanda tanya dalam hati saya. Bukankah Cina sudah lebih dulu membuat mesiu? Apakah pedagang Cina yang datang ke tanah Melaka tidak pernah membawa bubuk mesiu untuk dijual ke orang-orang Melayu? Pada waktu itu saya berfikir, agaknya para kesatria Melayu memang tidak pernah memerlukan mesiu untuk digunakan pada meriam atau senapang, karena para kesatria Melayu memililiki ilmu kesaktian yang tinggi. Begitulah sederhanya pemikiran anak usia 12 tahun, seperti saya saat itu.

Ketika dewasa saya yang semakin ketagihan belajar sejarah Melayu, mulai bertanya-tanya tentang kegemilangan kerajaan Melaka yang ternyata begitu mudahnya kegemilangan tersebut hilang dalam waktu singkat akibat dirampas Portugis.

Saya dapati berapa fakta ataupun analisa (saya sendiri) mengenai Melaka sebagai berikut :


  • -          Portugis menyerang Melaka ketika Laksmana Hang Tuah telah tiada
  • -          Portugis menyerang Melaka dengan menggunakan ribuan tentara bayaran yang didapati dari berbagai macam negeri, terutamanya negeri Benggali.
  • -          Tentara Melaka juga memiliki senjata api dalam menghadapi gempuran Portugis, tetapi jumlah tentara yang seimbang diantara kedua pihak tersebut agak kurang menguntungkan bagi Melaka, karena Portugis memblokir lautan Kota Melaka dengan kapal-kapal yang menembakkan meriam.
  • -          Adanya penghianatan didalam kota Melaka, ini dapat dijelaskan karena kota Melaka merupakan ibukota dari Kemaharajaan Melayu, tidak semua penduduk Melaka itu orang Melayu. Bahkan bisa saja 50% penduduk Melaka merupakan para pendatang yang berbilang kaum. Hal ini sangat menguntungkan dari segi ekonomi, karena kerajaan mendapatkan penghasilan dari pajak yang dibayar para pedagang ataupun saudagar dari penduduk yang bukan Melayu. Namun sayangnya ketika kota Melaka diserang armada Portugis, para pendatang tersebut tidak sungguh-sungguh untuk mempertahankan kota Melaka, kebanyakan mereka memilih untuk balik kampung halaman masing-masing.
  • -          Teknologi senapang pada masa dulu, bukanlah seperti senapang laras panjang pada masa sekarang. Senapang pada masa dulu hanya bisa digunakan untuk sekali menembak lalu memerlukan waktu yang cukup lama untuk reload. Senapang pada abad 16 masih jauh dari efektif untuk menghadapi tentara memanah.
  • -          Dalam perang skala besar, kemahiran silat tidak bisa sepenuhnya digunakan, karena ruang gerak dalam pertempuran “face to face” sangat sempit untuk membuka langkah ataupun kuda-kuda bersilat. Kesigapan dalam menggunakan tombak dan pedang (keris) adalah sebuah keunggulan dalam pertempuran dengan jumlah tentara yang besar.
  • -          Pasukan Portugis memiliki ilmu perang yang lebih baik untuk pertempuran dengan jumlah yang besar dan menggunakan tombak saat menghadapi tentara Moor.
  • -          Orang-orang yang kebal dengan senjata tajam (keris dan tombak) tidak serta merta juga kebal terhadap peluru timah, ataupun sebaliknya. Bahkan jika kebal terhadap timah ataupun besi itu tidak menjamin keamanan seseorang dari gempuran ataupun serpihan peluru meriam. Terkena peluru meriam yang berkecepatan tinggi tentu saja dapat mencederai seseorang yang kebal.

Begitulah analisa saya mengenai pertempuran pada masa lampau, saya percaya pada yakin pada masa penyerangan Portugis ke Melaka pada tahun 1511 itu sangat banyak kesatria Melaka yang mahir bersilat, memiliki ilmu kebal dan juga mahir menggunakan senjata api. Namun hal tersebut ternyata tidak dapat mengelak Melaka dari kekalahan, namun perlu diingat kekalahan Melaka bukanlah kekalahan total dari Kerajaan Melayu, Melaka lalu bangkit kembali dengan nama dan daerah kekuasaan yang baru yaitu Johor-Riau dan Portugis tidak pernah bisa menaklukkan kerajaan Johor-Riau. Kekalahan di Melaka bukanlah kekalahan total, Portugis bahkan hanya mampu bertahan di kota Melaka tanpa dapat meluaskan kekuasaannnya keseluruh tanah Melayu. Hanya saja disebalik itu, tidak ada satupun kerajaan Melayu yang mampu mengembalikan Kota Melaka kepelukan kuasa Melayu kembali. (Kota Melaka, direbut Belanda dari Portugis, setelah Belanda dan Johor-Riau bersepakat untuk menyerang kota tersebut).

Kemudian setelah membaca beberapa blog dari para blogger Malaysia saya mendapati beberapa data sebagai berikut.
- Tentara Melaka memiliki hingga 20.000 prajurit dan memiliki 2.000 senjata api (baik meriam ataupun senapang) sedangkan para tentara Portugis memiliki pasukan yang hanya berjumlah 1.200.
- 20.000 tentara berbanding 1.200 tentara dengan jumlah senjata yang seimbang, bagaimana Melaka bisa kalah?

Tentara Melaka Juga dilengkapi dengan Senapang dan Meriam??
Jawabannya iya benar, kekuasaan Melaka meluas hampir diseluruh Semenanjung hingga perbatasan Siam, di Pesisir Sumatera, di Pesisir Borneo, di pulau-pulau antara Jawa dan Semenanjung (memanjang dari Selat Melaka, Selat Kalimata Hingga Laut Jawa). Dengan kekuasaan yang luas ini, sangat tidak mungkin jika Melaka hanya bersenjatakan Tombak dan Keris. Melaka bisa mendapakan senapang dari Turki ataupun negeri-negeri Arab pesisir sedangkan Mesiu dari negeri Cina. Melaka yang menjadi pelabuhan internasional tentu terbiasa melihat transaksi jual beli senjata api dan tidak mungkin Melaka tidak menggunakannya. Buktinya, Siam tidak pernah bisa menaklukkan Melaka. Logikanya seandainya Melaka memang hanya bersenjatakan Tombak dan Keris tentu saja Kerajaan ini sudah lama dilumat pasukan gajah dari negeri Siam.

20.000 tentara Melaka kalah menghadapi pasukan Portugis yang hanya berjumlah 1.200???
Perbandingan jumlah tentara hingga 1:17 ini agak aneh, kalaupun iya pasukan Melaka memiliki tentara hingga 20.000 tentara, tentu saja pada saat hari pertempuran tidak semua 20.000 tentara itu ada di Melaka. Jumlah 1.200 bukan jumlah yang banyak untuk melakukan sebuah agresi terhadap negeri yang memiliki tentara 20.000. Kalau iapun Melaka memiliki tentara sebanyak itu, tentu tentara itu tidak semuanya di Melaka atau tidak semuanya dalam posisi siap tempur.

Yang ada, tentulah pasukan Portugis ramai membawa pasukan sewa dari berbagai macam negara untuk menyerang Melaka sedangkan Melaka sendiri tentu dalam keadaan yang sangat tidak menguntungkan untuk melakukan pertempuran habis-habisan mempertahankan kotanya.

Dari beberapa sebuah buku sejarah yang membahas tentang “Kota Kara” yang saya baca di perpustakaan provinsi Kepulauan Riau. Sultan dan para prajurit Melayu, membuat kubu pertahanan di Pulau Bintan sebagai perpanjangan perang terhadap Portugis namun, Portugis akhirnya berhasil menghancurkan benteng tersebut, lalu para kesatria Melayu berundur pula ke Lingga untuk kembali menyusun kekuatan. Portugis sendiri hanya mampu melakukan serangan kilat ke Pulau Bintan, karena tidak lama kemudian Pulau tersebut kembali berhasil dikuasai para Kesatria Melayu.

Kekalahan Melaka terhadap Portugis terjadi pada 1511  diselubungi misteri yang masih perlu dikaji, sangat banyak rahasia-rahasia puak Melayu yang disimpan para penjajah setelah sekian lama mereka bercokol di Bumi Nusantara. Kini kita yang hidup dialam kemerdekaan baik itu, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan Indonesia memiliki kesempatan untuk kembali mengkaji sejarah dan kebesaran masa lampau, untuk mengembalikan kejayaan bangsa dan belajar agar tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti pada masa lalu.

Belajar sejarah bukan untuk terlena dalam fantasy masa lampau, tetapi belajar sejarah itu gunanya untuk mengantisipasi hal-hal buruk yang terjadi pada masa lalu agar tidak terjadi kembali di masa yang akan datang.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Analisa Sejarah, Perang Melaka dan Portugis "

Post a Comment