Dua penemuan Misterius di Provinsi Kepulauan Riau


Berikut ini adalah dua penemuan misterius yang ada di Kepulauan Riau. Hingga kini kedua objek bersejarah ini masih menyisakan banyak tanda tanya.


1.      Prasasti Pasir Panjang
2.      Penemuan Gajah Mine


Prasasti Pasir Panjang
prasasti pasir panjang karimun

Prasasti Pasir Panjang adalah sebuah prasasti yang masih berupa misteri hingga sekarang. Kawasan Kepulauan Riau memang jelas dapat dibuktikan sebagai kawasan yang berperan besar dalam perkembangan sejarah budaya Melayu sejak berdirinya kerajaan Bintan (Sebelum berdirinya Kemaharajaan Melaka), namun Kepulauan Riau sebenarnya sama sekali tak pernah disebut-sebut dalam data-data sejarah  sebelum  kehancuran kerajaan Sriwijaya. Uniknya prasasti ini diperkirakan dibuat pada era Kemaharajaan Sriwijaya itu tengah berdiri.

Berikut isi prasasti tersebut

Mahayanika
Gola panditasri
Gautama
Sripada

Adapun arti dari kata-kata tersebut terlebih kurangya sebagai berikut :

Mahayanika= sarjana Mahayana (yang belajar Mahayana)
 Gola panditasri = pendeta gola(Benggala)
Gautama = yang dihormati
Sripada= semuanya

Sayapun  mencoba mengartikan maksud yang tersirat dari prasasti tersebut. Imajinasi saya mulai menerobos lorong waktu, pertama-tama saya mulai mengaitkan isi prasasti tersebut dengan data perjalanan yang ditulis I-Tsing saat melayari Perjalanan dari Kwang-Tung (Kanton) ke Tan-Mo-Lo-Ti (Tamluk, dekat Kalkuta, India) dan kemudian kembali ke Kwang-Tung.

Dalam perjalanan tersebut I-Tsing menuliskan beliau pernah singgah disebuah negeri bernama Mo-lo-Yeu (Melayu). Sebelumnya beliau sempat singgah di Si-li-fo-shi (Sriwijaya) terlebih dahulu. Pada saat perjalanan  pulangnya dari Tamluk ke Kanton lagi beliau menuliskan bahwa beliau sempat singgah kembali ke negeri Mo-lo-yeu kembali, namun saat itu negeri Mo-lo-Yeu sudah berada dibawah kekuasaan Sriwijaya.

Dari data yang didapatkan dari I-Tsing tersebut sebenarnya dapat diambil kesimpulan bahwa kerajaan Melayu ataupun istilah Melayu itu sudah ada sejak lama (sebelum abad ke 7). I-tsing berlayar dari Cina ke India pada bulan 11 tahun 671 Masehi. Dengan demikian ini sudah mematahkan asumsi kuno yang menyatakan bahwa Melayu itu berasal dari Jawa “Mlayu”, dikarenakan kata “Mlayu”  itu dalam bahasa Jawa berarti “lari”. Sebagian orang mengasumsikan istilah Melayu itu baru dipakai ketika para penerus Kemaharajaan Sriwijaya lari dari kejaran armada Jawa (Singhosari atau Majapahit?) dari ekspansi kerajaan Jawa (Singhosari atau Majapahit? saat itu. Dengan demikian  kalau menurut cerita itu, istilah Melayu baru digunakan pada era abad XI (kehancuran kemaharajaan Sriwijaya).

Data dari I-tsing jelas membuktikan bahwa Melayu itu sudah ada sejak lama, ahli sejarah lalu mengaitkan tempat kerajaan tersebut ada di Jambi, namun dengan adanya Prasasti Pasir Panjang ini, saya mulai agak meragukan bahwa yang dimaksud  Mo-Lo-Yeu oleh I-Tsing itu ialah jambi.

Sebagai orang Kepulauan Riau, saya mulai mencurigai bahwa tempat yang disinggahi I-Tsing itu ada di Kepulauan Riau. Berikut petikan sejarah perjalanan sejarah Kerajaan Melayu

Melayu
Melayu dikuasai Sriwijaya
Melayu merdeka kembali, (saat Sriwijaya diserang Kerajaan Cola)
Melayu, Palembang dan Minangkabau saling berebut pengaruh di Sumatera (selepas kehancuran Sriwijaya)
Melayu semakin maju saat di Melaka (sebelumnya di Bintan, Temasek/Singapura, Johor)
Berdirinya Kerajaan Johor-Riau saat datangnya Portugis……….

Dalam cerita-cerita lama masyarakat Melayu sangat Menghargai keberadaan Bukit Siguntang ataupun Palembang, namun cerita-cerita lama tidak pernah menceritakan tentang Jambi. Sriwijaya memang berada di Palembang (sekitar Palembang), saat Sriwijaya hancur dan Melayu berdiri sendiri masyarakat Melayu masih menyebut-nyebut nama pembesar-pembesar Melayu yang berasal dari Palembang. Jika Melayu dijajah secara semena-mena oleh Sriwijaya maka Melayu takkan mengagungkan Palembang ataupun Bukit Siguntang. Jika Melayu dijajah secara semena-mena oleh Sriwijaya takkan mau Melayu disebut berasal dari Bukit Siguntang.

Jika memang Mo-Lo-Yeu yang dimaksudkan oleh I-Tsing  itu berada di Jambi, mengapa dimasa kerajaan Johor-Riau, kerajaan Jambi itu dikuasai oleh Johor-Riau? Melayu sangat menghargai negeri leluhurnya, buktinya pada Era Kejayaan Johor-Riau, negeri-negeri di Sumatera Selatan tidak terusik oleh ekspansi Johor-Riau. Kalau  memang Jambi begitu sakralnya oleh orang-orang Melayu maka Jambi tentu akan menjadi tempat berlindung Sultan saat sedang berperang dengan Portugis. Buktinya Sultan singgah ditempat-tempat yang berperan besar pada masa lalu seperti Bintan, Lingga dan Kampar (Hingga Sultan menghembuskan nafas terakhir Beliau) namun tidak pernah singgah ke Jambi, walaupun Jambi terhitung lebih dekat dari  Daik-Lingga jika dibandingkan dengan Kampar.

Prasati pasir panjang mungkin hanya sebongkah batu yang ditulis seribu tahun yang lalu, namun Prasasti itu telah menjadi salah  satu  kunci untuk membuka pintu  rahasia keberadaan Melayu di bumi Nusantara ini. Sampai saat ini Prasasti Pasir Panjang terhitung sebagai situs tertua yang ada di Kepulauan Riau. Ini memandakan bahwa peran Kepulauan Riau pada masa lampau sangat besar dan sudah sejak lama (lebih dari yang kita ketahui sekarang).

Mungkin masih ada prasasti-prasasti lain di Kepulauan Riau ini, hanya saja belum ditemukan. Jika suatu hari nanti kembali berhasil ditemukan suatu prasasti dari Kepulauan Riau, kita dapat menerangi sejarah Melayu  untuk membuktikan bahwa negeri Melayu yang disinggahi I-Tsing pada masa lalu itu ialah di Kepulauan Riau, bukan di Jambi.

Mungkin kita takkan pernah  tau  siapa penulis Prasasti Pasir Panjang tersebut, mungkin kita tak pernah tau apa tujuan  penulisan prasasti itu, namun makna yang tersirat dari keberadaan prasasti tersebut jelaslah  bermaksud bahwa “Bumi Segantang Lada ini adalah negeri yang menyimpan beribu cerita sejarah yang indah untuk dikaji”.

Penemuan Gajah Mine
gajah mine

-    Bagaimana caranya hewan yang semasa Hidupnya di Kutub Utara ini bisa terhanyut sampai ke Daik? Kenapa Cuma satu? Kenapa Cuma tulang Gajah  Mine yang ditemukan di Daik? Sekurang-kurangya adalah fosil Beruang di Daik, tapi mengapa hanya ada Gajah Mine?

Entah darimana ide pemberian nama Gajah Mine ini berasal, masyarakat Melayu seolah tak heran melihat  keberadaan tulang belulang hewan dalam  ukuran besar ini. Sehingga ketika ditemukan  tulang belulang hewan yang berukuran besar maka masyarakatpun menamainya Gajah Mine.Mungkin saja dulu pernah ada cerita turun temurun tentang keberadaan hewan-hewan besar pada masa lampau yang didongengkan atau berbentuk legenda dan Gajah Mine adalah salah satunya. Tentu  saja ini bisa mengakar jauh  hingga ke jangka waktu yang memakan ribuan atau bahkan jutaan tahun yang lalu. Dalam tradisi lisan masyarakat Melayu, hewan-hewan yang berukuran besar (terutama di laut) itu disebut “Puake”. Dalam versi lain “puake” ini juga lebih bersifat mistis seperti  siluman. Jadi “puake” adalah  hewan laut yang memiliki aura magis.

Pemberian nama ini juga sebenarnya sebuah misteri, mengesankan bahwa orang Melayu akrab dengan keberadaan hewan berukuran besar ini. Paling mungkin ialah cerita tentang keberadaan Gajah ataupun Lembu di pulau Lingga yang diceritakan generasi tua, agaknya  inilah yang menyebabkan ketika ditemukan kerangka tulang belulang hewan yang berukuran besar maka masyarakatpun mengaitkan dengan cerita lama tersebut.

Tentang gajah  ataupun hewan-hewan berukuran besar lain di pulau Lingga yang diceritakan oleh generasi tua lebih bersifat kearah  mistis tetapi bisa jadi masih ada hewan berukuran besar itu hingga kini masih hidup di Lingga tetapi tidak berkaitan dengan hal mistis melainkan bisa dikaji oleh ilmu biologi. Bisa jadi.

Dengan demikian ,  Lingga sebenarnya memiliki khazanah sejarah yang sangat tinggi nilainya. Kunci untuk membuka pintu rahasia perjalanan makhluk hidup dimuka bumi ini juga ada di Lingga. Hanya saja sekarang kita masih belum tau cara menggunakan kunci tersebut. Kita masih mencari tau tentang itu.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dua penemuan Misterius di Provinsi Kepulauan Riau"

Post a Comment