Kisah Cinta Amir Hamzah Dan Puisi Padamu Jua

Kisah Cinta Amir Hamzah Dan Puisi Padamu Jua

Amir Hamzah adalah seorang pujangga Angkatan 45 yang sering kita dengar namanya di pelajaran Bahasa Indonesia. Amir Hamzah dilahirkan di Tanjungpura yang waktu itu masih berada dibawah kekuasaan Kesultanan Langkat dibawah protektorat Belanda. Ada dua versi kapan Amir Hamzah dilahirkan, diantaranya tanggal 11 Februari 1911 dan 28 Februari 1911.

Amir Hamzah atau digelar Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera merupakan keturunan bangsawan Kesultanan Langkat. Beliau menyelesaikan Sekolah Dasar di Kampung halamannya. Setelah itu, beliau merantau ke Tanah Jawa untuk melanjutkan pendidikannya.

Amir Hamzah merupakan cerminan pemuda Melayu yang teguh memegang Agama Islam dan adat istiadat Melayu.

amir hamzah
Amir Hamzah

Selama di Tanah Jawa ia telah aktif menulis, serta sempat juga mengikuti gerakan nasionalis pada saat itu. Meskipun kejeniusan serta taraf pendidikan seseorang pada zaman itu selalu dikaitkan dengan fasih menggunakan bahasa Belanda, namun Amir Hamzah tetap kukuh menggunakan bahasa Melayu saat bertemu dengan teman-temannya sesama Melayu dari Sumatera.

Kisah Cinta Amir Hamzah

Amir Hamzah disebut pernah di jodoh-jodohkan pada masa kecil dengan sepupunya bernama Aja Bun. Namun perjodohan ini kandas setelah Aja Bun dinikahkan dengan lelaki lain.

Patah hati pertama ini membuat beliau menggunakan energi patah itu menjadi bait-bait puisi yang indah.

Selama sekolah di Tanah Jawa, tepatnya di Kota Surakarta. Amir Hamzah pernah dekat dengan seorang Keturunan Bangsawan Jawa bernama Iliek Soendari. Hubungan keduanya berlangsung dalam situasi yang romantis dalam nuansa ilmu pengetahuan.

Bayangkan.. kala itu Soendari mengajarkan Amir Hamzah bahasa Jawa dan sebagai timbal baliknya Amir Hamzah mengajarkan Soendari Bahasa Arab. Mereka berdua selalu terlibat diskusi seru hampir setiap hari.

Sayang hubungan itu harus terputus pada tahun 1931. Amir Hamzah terpaksa pulang ke kampung halamannya karena Ibunya meninggal dunia, lalu tak lama kemudian Ayah beliau pun turut meninggal dunia pula.

Untuk beberapa bulan sekolah Amir Hamzah terpaksa dihentikan karena tidak mempunyai sumber biaya. Namun keajaiban terjadi pada tahun 1932, Amir Hamzah mendapat bantuan dana dari Sultan Langkat untuk melanjutkan sekolah ke Batavia atas pertolongan saudaranya.

Ketika tiba di Batavia Amir Hamzah kembali melanjutkan hubungan dengan Soendari melalui surat. keduanya berkomunikasi jarak jauh namun tetap tidak putus hubungan. Di tahun yang sama akhirnya kabar baik terdengar. Soendari melanjutkan studi di Lembang, yang membuat jarak keduanya semakin dekat.

Namun sayang hubungan itu tidak disetujui pihak keluarga Soendari. Namun dengan jarak yang relatif bisa ditempuh itu Amir Hamzah dan Soendari masih sering mengatur pertemuan diam-diam. Sampai pada akhirnya diketahui keluarga Soendari. Dan hubungan antara mereka berdua pun sama sekali tidak diperbolehkan lagi. Baik itu bertemu ataupun berkirim surat.

Pada tahun 1933 Amir Hamzah semakin aktif menulis dan ia menerbitkan dua puisi pertamanya berjudul “Nyanyi” dan “Mabuk” disebuah majalah. Kemudian ia juga menulis ulang “Hikayat Hang Tuah” yang diterbitkan Majalah Timboel.

Namun pada tahun 1933 ketika ia mulai aktif tersebut. Sultan Langkat memanggilnya untuk pulang kampung dan memberi dua perintah yaitu “Amir Hamzah harus menjadi siswa yang rajin” dan “Amir Hamzah harus berhenti mengikuti gerakan untuk memerdekakan Indonesia”.

istana sultan langkat
Istana Sultan Langkat

Titah kedua yang berlawanan dengan jalan fikirannya itu membuatnya secara diam-diam tetap aktif dalam upayanya untuk memerdekakan Indonesia. Namun pihak Belanda yang terus me mata-matainya mengetahui hal tersebut.

Belanda kemudian melaporkan gerak-gerik Amir Hamzah kepada Sultan Langkat. Sehingga secara mendadak pada tahun 1937 ketika beliau hampir menyelesaikan pendidikan Hukumnya. Amir Hamzah dijemput paksa oleh tentara Kesultanan Langkat.

Amir Hamzah Menikah Karena Terpaksa

Ketika tiba di Langkat Amir Hamzah mendapat kabar bahwa ia akan dinikahkan dengan Putri Langkat, yang bernama Tengkoe Poetri Kamilah. Seseorang yang sama sekali tidak pernah ia kenal sebelumnya.

Namun Amir Hamzah terpaksa memenuhi titah Baginda Sultan. Bagaimanapun sebagai seorang Melayu yang berjiwa kesatria ia tetap harus patuh dan taat atas perintah Sultan. Terlebih Sultan Langkat tersebut telah membantu biaya studi nya selama ini. Amir Hamzah dengan berat hati terpaksa harus patuh atas perjodohan tersebut.

Namun ia membuat syarat sebelum ia bersetuju untuk menikah. Dimana Sultan Langkat harus mengizinkan ia menyelesaikan Kuliahnya yang sudah hampir selesai itu. Saat kembali sejenak ke Batavia itulah ia bertemu dengan Soendari untuk terakhir kalinya.



Sesuai syarat yang ia buat dan disepakati oleh Sultan. Setelah ia menyelesaikan Kuliahnya, iapun kembali ke Langkat dan menikah dengan Tuan Putri Langkat. Dan diadakanlah pesta pernikahan selama 7 hari tujuh malam yang meriah namun Amir Hamzah disebut-sebut saat itu menghadiri pernikahannya dengan wajah lesu dan seolah tak peduli.

Tidak lama setelah pernikahan dengan Tengku Putri Kamilah, ia menerbitkan Koleksi Puisi berjudul “Nyanyi Sunyi” yang terdiri atas 1 kuatrain dan 24 Puisi. Berikut ini salah satu dari puisi beliau yang berjudul  "Padamu Jua" :

Puisi Amir Hamzah – Padamu Jua
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku pada-Mu
Seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu

Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa

Dimana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya merangkai hati

Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar dengan lepas

Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu - bukan giliranku
Mati hati - bukan kawanku … .

Konon Amir Hamzah sempat menyatakan kepada istrinya bahwa ia tidak bisa mencintai wanita yang dinikahkan dengannya tersebut. Karena ia masih sangat mencintai Soendari.

Meskipun ia telah menikahi Kamilah dan kemudian mempunyai seorang Putri bernama Tengkoe Tahoera. Amir Hamzah masih menyimpan foto-foto Soendari dan hanyut kedalam alam imajinasinya dengan mengisolasi diri dari kerabat keluarga.

Amir Hamzah meninggal dunia pada tahun 1946 saat terjadi Revolusi Sosial di Indonesia. Beliau ditangkap dan dibunuh oleh komunis karena dituduh pro pemerintah Belanda. Padahal keinginannya untuk melepaskan diri dari cengkraman Belanda sudah lama terpendam dalam sanubarinya.

Pada tahun 1975 Amir Hamzah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia atas perjuangan beliau sebagai pujangga pertama pra kemerdekaan serta keikutsertaan beliau dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia.


Demikianlah postingan kali ini tentang kisah cinta Amir Hamzah dan puisi padamu jua. Terimakasih wahai Amir Hamzah,,, kamu telah membuat Melayu bangga. Semoga almarhum dimasukkan ke dalam surga dan bahagia bersama Bidadari surganya “Soendari”. 

Hamba terhenyuh menulis cerita hidup Tuan Amir Hamzah ini. Pujangga Melayu pertama selepas era Raja Ali Haji. Tabek Tuan... Salam sayang dari saya, budak Melayu Kepulauan Riau untuk penduduk Melayu Langkat dan saudara mara Tuan Amir Hamzah. Takkan Melayu Hilang Di Dunia. Amin.

Tidak ada cinta yang tak tulus
Tidak ada cinta yang tak setia
Kalau cinta tak tulus dan  tak setia
Itu tandanya berahi semata, bukannya cinta

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Cinta Amir Hamzah Dan Puisi Padamu Jua"

Post a Comment